Penemuan MSG oleh Dr. Ikeda
diawali oleh keprihatinannya terhadap kondisi fisik rakyat Jepang di kala itu.
Sewaktu belajar ilmu Kimia modern di Jerman, dia membandingkan tubuh orang
Jerman yang lebih tinggi dari pada orang Jepang. Dia juga mengamati makanan
Jerman dan merasakan kesamaan cita rasa unik pada makanan Jerman yang juga ada
pada makanan Jepang.
Setelah kembali ke Jepang,
Dr. Ikeda memusatkan penelitiannya pada bumbu tradisionil Jepang, yaitu kaldu
yang terbuat dari rumput laut (Kombu). Dia berhasil mengisolasi sumber rasa
unik tersebut, yaitu asam Glutamat. Rasa ini kemudian diperkenalkannya dalam
bahasa Jepang sebagai rasa “Umami”.
Penemuan Glutamat sebagai
sumber rasa “Umami” mengukuhkan
ambisi Ikeda untuk memperbaiki kondisi fisik bangsanya, yaitu melalui bumbu
masak yang menambah citarasa dan kelezatan makanan Jepang. Dr. Ikeda
mendapatkan paten atas metode produksi MSG. Namun, asam Glutamat murni yang
dihasilkannya tidak menarik secara komersial karena sifat fisik dan kimianya.
Hingga akhirnya Dr. Ikeda berhasil mensenyawakan glutamate dengan sodium
menjadi Monosodium Glutamat (MSG). Dengan membagi hak patennya dengan seorang
pemilik pabrik Iodine, Saburousuke Suzuki, Dr Ikeda kemudian berhasil
mewujudkan hasratnya memproduksi dan memasarkan MSG secara massal.
AJ******* (MSG) mulai
dipasarkan di Jepang pada tahun 1909. Pada waktu itu MSG diproduksi melalui
proses ekstraksi
gluten hingga tahun 1960-an. Proses produksi ini tidak dapat memenuhi
permintaan yang meningkat dengan cepat dari pasar Jepang dan dunia. Inovasi
teknologi fermentasi
pada tahun 1956 kemudian membantu usaha meningkatkan produksi MSG yang terus
diterapkan hingga sekarang. MSG sekarang umumnya diproduksi dengan menggunakan
bahan baku yang kaya glukosa seperti tetes tebu, singkong, jagung, gandum, sagu
dan beras. Proses fermentasi merupakan proses pengolahan makanan traditional
yang juga digunakan untuk membuat tape, tempe, kecap dan lain lain.
Melalui pelacakan kadar
glutamat dalam tubuh yaitu dengan studi radioisotope/bioassay terhadap
seseorang berberat badan 70 kg, ternyata tubuh manusia menyimpan glutamat dalam
jumlah besar, yaitu 1400 g glutamate bebas dan terikat yang tersimpan dalam
berbagai organ tubuh. Dari studi yang sama ternyata tubuh juga harus
memproduksi 41 g glutamate bebas setiap hari untuk berbagai proses metabolisme.
Jumlah glutamat bebas ini jauh lebih tinggi dari total glutamat yang dikonsumsi
oleh manusia (hasil survey terhadap makanan orang Jepang) sebesar 16g orang per
hari.
Sebagian besar glutamat dari
makanan akan dimetabolisme dan digunakan sebagai sumber energi usus halus.
Glutamat ini juga berfungsi untuk pembentukan asam amino lain seperti
gluthation, arginin dan proline (Peter J. Reeds et.al.,2000). Jadi sama sekali
tidak beralasan anggapan sebagian orang bahwa konsumsi glutamat setiap hari
akan menyebabkannya terakumulasi.
Melalui reseptor yang
terdapat pada lidah dan lambung, glutamat dari makanan akan menstimulasi otak
untuk mendorong lambung dan pankreas memproduksi cairan pencernaan. Akibatnya
pencernaan menjadi lebih lancar dan tubuh akan mendapatkan unsur-unsur nutrisi
yang diperlukannya setiap hari (A.M. San Gabriel, T. Maekawa, H. Uneyama, S.
Yoshie and K. Torii, 2007).
Agar berfungsi dengan baik,
otak memerlukan glutamat sebagai neurotransmiter
yaitu pembawa pesan dari satu sel syaraf ke sel syaraf lainnya. Otak
menghasilkan sendiri glutamat yang diperlukannya dalam jumlah besar. Glutamat
dari makanan tidak dapat masuk ke otak akibat mekanisme perlindungan otak yaitu
sawar otak.
Masalah-masalah
kesehatan yang dihubungkan dengan MSG kebanyakannya tidak memiliki dasar ilmiah
yang baik. Misalnya:
Ø Sampai sekarang ada yang percaya MSG menyebabkan syndrom
restoran cina (Chinese Restaurant Syndrome) (antara lain rasa haus,
pusing, tubuh kejang dan jantung berdebar-debar), pertama kali syndrom ini
dicetuskan tidak didasarkan pada sebuah penelitian yang baik secara ilmiah.
Syndrom restoran cina semula hanya sebuah tulisan mengenai pengalaman pribadi
Dr Kwok tentang syndrom yang dialaminya sehabis makan makanan cina dimana dia
menduga penyebabnya mungkin karena kecap, angciu dan garam selain MSG. Berbagai
penelitian ilmiah dengan metode yang baik telah membuktikan tidak adanya kaitan
antara MSG dengan syndrom restoran cina.
Ø MSG dituduh sebagai penyebab makanan snack yang disukai
anak-anak menjadi tidak menyehatkan. Tuduhan seperti ini menunjukkan rendahnya
pengetahuan MSG dan gizi. Bayi yang baru lahir justru sehat jika hanya mengonsumsi
air susu ibu yang mengandung glutamat sangat tinggi, yaitu 50% lebih dari total
protein. Kebanyakan snack adalah sumber karbohidrat sedangkan anak-anak sangat
memerlukan kecukupan protein untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan tubuh
mereka.
Ø Karena mengandung natrium, MSG dituduh sebagai pencetus
hipertensi. Dari rumus molekulnya maupun analisa laboratorium kita bisa
mengetahui kadar natrium dalam MSG, yaitu 12%. Sementara itu garam mengandung
40% natrium atau tiga kali lebih tinggi. Berdasarkan banyak uji rasa yang telah
dibuktikan, kadar natrium dalam makanan bisa kita kurangi hingga 40% dengan
menambahkan sedikit MSG tanpa mengurangi rasa enak.
Ø Rasa enak yang ditimbulkan oleh MSG dituduh sebagai penyebab
penggunaan MSG yang berlebihan. Sama seperti pemakaian garam, pemakaian MSG
memiliki dosis optimum yaitu 0.2-0.8% dari volume makanan. Penggunaan MSG lebih
tinggi dari dosis optimum ini justru dapat mengurangi rasa enak makanan.
MSG tersusun oleh unsur-unsur nutrisi
MSG terdiri dari 78% glutamat, 12% natrium dan 10% air.
Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino pembentuk protein yang terdapat
dalam makanan dan tubuh manusia. Demikian juga, natrium terdapat dalam makanan
dan tubuh manusia.
Glutamat memainkan peranan fisiologis penting pada tubuh
Lidah dan lambung memiliki reseptor glutamat yang berhubungan
dengan sistim syaraf pusat, otak, dan organ pencernaan yaitu lambung dan
pankreas. Melalui uji klinis telah dibuktikan, bahwa makanan yang enak karena
glutamat, baik dari makanan itu sendiri maupun dari MSG, merangsang produksi
cairan pencernaan sehingga daya cerna makanan menjadi lebih baik. Selain itu,
glutamat di dalam usus halus berfungsi sebagai sumber tenaga bagi absorpsi
unsur-unsur nutrisi kedalam darah. Glutamat memainkan peranan sentral dalam
berbagai metabolisme tubuh, antara lain sebagai unsur perantara metabolisme
protein, karbohidrat dan lemak.
Rasa haus yang dirasakan terhadap masakan yang mengandung
monosodium glutamat adalah nyata dan bisa dibuktikan sendiri. Jika tubuh
bereaksi dengan merasa haus, berarti ada sesuatu yang tidak benar dengan tubuh.
Comments
Post a Comment
"Kalau mau Copy-Paste artikel boleh saja, tapi sumbernya ke blog ini"